Selasa, 31 Mei 2016


DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN                                 
1.1  Latar belakang …………………………………………………………………..
1.2  Rumusan Masalah ……………………………………………………………….
1.3  Tujuan ……………………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Menceritakan Kembali Hikaya Si Miskin ………………………………………
2.2 Penokohan ……………………………………………………………………....
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………………
3.2 Lampiran Daftar Rujukan Si Miskin …………………………………………….
3.3 Terjemahkan ……………………………………………………………………..
















MAKALAH
KEBAHASA DAN SASTRA
HIKAYA SI MISKIN


http://www.thamrin.ac.id/image/logo_univ_small.png

NAMA      : ABDIYAH
FKIP           : PGSD
DOSEN      : Dr.Hj.Ajisarni LZ,M.Pd


FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JAKARTA 2014 / 2015
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang
            Teks cerita berbahasa melayu menarik untuk dianalisis dari segi kebahasaan maupun non kebahasaan. Bahasa pada teks cerita melayu terlihat berbeda jika dibandingkan dengan bahasa Indonesia. Hal ini dikarenakan perkembangan bahasa Indonesia dianggap cepat mengikuti arus globalisasi sedangkan penutur bahasa Melayu semakin berkurang. Perbedaan dari perbandingan inilah yang membuat menariknya teks Melayu untuk dianalisis dari segi kebahasaannya.
            Dilihat dari segi non bahasa, cerita Melayu klasik dapat dianalisis amanat ceritanya. Cerita Melayu klasik menekankan syiar dalam teksnya.Syiar dalam teks melayu klasik dilatar belakangi dengan berkembangnya ajaran Islam di dataran Melayu. Jika dibandingkan dengan karya sastra tulis era modern saat ini yang berbahasa tak seronoh hal ini dipengaruhi perkembangan informasi yang melaju cepat. Semantara itu, karya teks Melayu belum tersentuh pengaruh luar. Pesan yang disampaikan dalam cerita teks Melayu tersembunyi dan perlu analisis mendalam untuk memahaminya.
            Untuk itulah, makalah ini ditulis sebagai bahan informasi dan pengetahuan mengenai aspek kebahasaan dan non kebahasaan sebagai perbandingan dengan teks sastra modern dan Melayu.

1.2 Rumusan Masalah
a.       Bagaimana bahasa teks sebelum diterjemahkan?
b.      Bagaimana bahasa teks setelah diterjemahkan?
c.       Bagaimana karakter tokoh dalam cerita?
d.      Apa manfaat yang dapat diambil dari cerita ini?
1.3 Tujuan
a.       Mentranskirip teks melayu
b.      Menerjemahkan teks Melayu ke Bahasa Indonesia
c.       Analisis teks melayu
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Menceritakan Kembali
            Hikayat ini mengisahkan pasangan suami-isteri dalam mencari rizki pada negara yang terkenal. Di kerajaan itu, setiap raja-raja diwajibkan mengirim upeti kepada baginda Dewa Indera. Ketika baginda sedang berkumpul bersama para menteri, Si Miskin menerobos masuk bersama isterinya dengan pakaian lusuh dan orang-orang melemparinya. Mendengar hal itu baginda pun menyuruh mengusir Si Miskin ke tengah hutan. Seperti itu kehidupan Si Miskin bersama isterinya. Ia tinggal di tengah hutan dan keluar ketika hari siang untuk mencari makan. Namun, apabila warga melihatnya ia akan dilempari dan diusir.
            Suatu hari, Si Miskin mengais makanan di tempat sampah karena rasa lapar dan haus yang menyiksanya. Ia menemukan ketupat dan sebatang tebu lalu dimakan bersama isterinya di dalam hutan. Tubuhnya yang terluka karena dipukuli orang kini diobati oleh isterinya.
            Tibalah waktunya, Sang Isteri kini hamil tiga bulan dan merengek meminta buah Mempelam di taman raja. Si Miskin yang tidak tega mendengar rengekan isterinya keluar hutan dan meminta buah Mempelam kepada pedagang di pasar. Ia mendapat buah Mempelam dari pedagang di kios buah dan mendapat makanan serta baju dari orang-orang di pasar yang iba mendengar ceritanya. Iapun merasa heran melihat kebaikan pedagang yang biasanya mengusirnya. Karena merasa senang, ia kembali ke hutan dan memberikan segala pemberian pedagang di pasar kepada isterinya. Ia bercerita mengenai kejadian di pasar tersebut namun, isterinya menangis mengetahui buah mempelamnya bukan dari taman baginda raja.
            Si Miskin akhirnya memberanikan diri datang ke kerajaan meminta buah Mempelam kepada baginda. Ia mendapatkan buah mempelam dari baginda dengan memohon belas kasihan baginda. Sang isteri merasa senang melihat sang suami kembali membawa buah Mempelam.
Tiga bulan berlalu, kini kandungan Sang Isteri berusia enam bulan dan kini merengek meminta buah Nangka yang berada di taman istana baginda. Dengan perasaan kesal Sang Suami kembalilagi ke istana untuk meminta buah Nangka dengan memohon belas kasihan. Ia kembali mebawa buah Nangka dan isterinya merasa senang. Selama mengandung, janinnya mendapat makanan yang enak dan pakaian serta perabotan yang banyak dari pemberian orang. Setelah genap sembilan bulan, sang anak lahir. Bertepatan dengan bulan purnama Si Miskin dikaruniai anak laki-laki yang tampan dan diberi nama Markaramah yang artinya anak yang dalam kesusahan. Anak tersebut dirawatnya dengan penuh kasih sayang.
Allah menunjukkan kebesarannya dengan meidapat berupa bongkng mberikan rizki kepada pasangan suami-isteri tersebut. Rizki yang didapat berupa bongkahan emas yang tidak akan habis dimakan hingga anak-cucu.

2.2 Penokohan
            Dalam hikayat ini tokoh yang menonjol hanyalah Si Miskin dan Sang Isteri. Sementara raja, hulubalang, menteri, dan Markaromah hanya sebagai pemeran sampingan. Berikut tokoh dan penokohan disertai bukti dari teks Hikayat Si Miskin:
a.       Si Miskin
Sebagai tokoh utama, Si Miskin menonjol dalam cerita ini. Perannya sebagai mantan raja yang dikutuk menjadi miskin. Namun karena usaha dan kepintarannya merendahkan diri ia berhasil menjadi kaya dengan emas yang didapatnya. Dari cerita ini dapat disimpulkan bahwa Si Miskin berwatak sabar. Watak sabar Si Miskin ditunjukkan dari kutipan teks berikut:
“Si Miskin dilempari tubuhnya dan bengkak serta berdarah”
Kutipan di atas cukup untuk membuktiakan bahwa Si Miskin sabar menghadapi cobaan hidupnya. Contoh lain watak Si Miskin adalah Rela berkorban. Watak rela berkorban ditunjukkan dalam kutipan:
” Diamlah tuan, jangan menangis! Aku akan pergi mencarikan adinda buah mempelam dan aku berikan kepada adinda”.
Dalam kisah ini ditunjukkan bahwa sang isteri sedang hamil dan merengek meminta buah di taman raja. Namun, dengan kerelaanya ia mengabulkan permintaan isterinya. Selain dua watak tersebut di atas, Si Miskin berwatak Cerdik yang ditunjukkanketika ia memerlukan buah dan memohonkannya kepada penjual dan kepada baginda raja.
” Aku hendak memohon belas kasihanmu, kasihanilah aku yang miskin ini. Bolehkah saya meminta buahmangga yang busuk itu sebiji saja”.
”Ampun tuanku, beribu ampun, hamba orang miskin hendak meminta daun mangga Syah Alam yang sudah jatuh tuanku”.
Dengan ungkapan lain meminta buah busuk akan mempengaruhi sikap orang yang dimintai karena ungkapan itu menunjukkan rasa belas kasihan dibandingkan dengan meminta secara langsung.
b.      Isteri
Dalam hikayat ini Isteri Si Miskin memiliki karakter setia dan manja. Watak setia tidak secara langsung tertera dalam cerita namun dapat dipetik dari cerita ini bahwa dalam keadaan terlunta-lunta dan hidup di hutan sekalipun Sang Isteri tetap setia menemani suami. Selain itu dalam teks ditunjukkan betapa pasangan ini saling melengkapi.
Isterinya merasa iba melihat suaminya. Sang Isteri ikut manangis sambil memamah daun untuk dioleskan ke tubuh suaminya sambil berkata” diamlah taun, jangan menangis! Seduhlah dengan anting kita!”.
Cerita ketika Sang Isteri memamahkan daun untuk obat suaminya menunjukkan rasa sayang terhadap suaminya. Sementara itu, sikap manja Sang Isteri ditunjukkan ketika sedang mengandung anak dan merengek meminta buah mangga dan mempelam.
Isterinay menangis mendengar cerita suaminya karena tidak mau memakan jika buah mangga tersebut bukan berasal dari taman raja.
c.       Raja
Awal cerita menunjukkan watak raja yang tidak mengenal belas kasihan. Hal ini ditunjikkan ketika raja menuruh mengusir Si Miskin dan membuang ke tengah hutan.
Usirlah jauh-jauh!”.
Akan tetapi, pada pertengahana dan akhir cerita watak raja menjadi baik dan rela berderma kepada Si Miskin yang memintabuah dar taman istananya.
” Ambilkanlah setangkai untuk Si Miskin ini”!.
Kalimat di atas menunjukkan betapa sang raja menjadi baik dan berderma. Si Miskin yang meminta daun mempelam diberi setangkai buah mempelam.
2.3 Amanat
Meskipun tidak secara langsung disampaikan dalam cerita, amanat memberi peran kepada pembaca yang kritis untuk dapat mengambil manfaat dari cerita yang disampaikan. Dari hikayat ini didapat amanat untuk:
  • Menghadapi cobaan dalam hidup dengan sabar dan  rendah hati.
Si Miskin telah membuktikannya bahwa dengan kesabaran dan rendah hati ia dapat menghadapi cobaan yang diberikan kepadanya. Ia juga membuktikan bahwa tuhan akan membalas segala kebaikan manusia.
  • Seorang pemimpin yang baik adalah seorang yang adil dan pemurah.
Dalam cerita ini, raja dapat dijadiakn panutan. Seorang pemimpin haruslah mengayomi rakyatnya. Sikapnya terhadap Si Miskin menunjkkan kebaikan hati sang raja. Sedangkan kebiasaannya berkumpul dengan rakyat dapat membuat jarak pemimpin dan rakyat menjadi lebih dekat.
  • Janganmemandangseseorangdaritampakluarnyasaja, tapilihatlahkedalamhatinya.
Sikap warga yang melempari dan memukuli Si Miskin menunjukkan bahwa manusia hanya memandang manusia lain dari fisik saja. Padahal ada kekuatan tersembunyi dari setiap fisik manusia. Kekuatan-kekuatan tersebut dimiliki setiap manusia seperti Si Miskin memiliki kekuatan dalam hal kesabaran dan rendah hati.
  • Hendaknya kita dapat menolong sesama yang mengalami kesukaran.
Dalam konteks lain, sikap pedagang yang merasa iba kepada Si Miskin menunjukkan bahwa saling menolong dan gotong royong dapat memberikan ketenangan dalam kehidupan bermasyarakat. Karena mengetahui masalah Si Miskin, warga tidak perlu ribut ketika Si Miskin melewati kampungnya.
Nilai Moral
·         Bersikap bijaksana dalam menghadapi segala hal di dalam hidup kita.
NilaiSosial
·         Tolong-menolong terhadap sesame dan pada orang yang membutuhkan tanpa rasa pamrih.
·         Berbagi untuk meringankan beban orang lain.
























BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
            Teks Melayu yang secara tidak langsung mendidik pembaca untuk kritis terhadap isi dan makna bacaan. Sebagai sebuah teks, Hikayat Si Miskin dapat dianalisis dari segi kebahasaan dan non kebahasaab. Namun, diperlukan pemahaman khusus ketika membacanya. Hal ini disebabkan bahasa Melayu yang lama bertahan sedangkan bahasa Indonesia mengalami perkembangan yang pesat.
Hikayat Si Miskin memberikan amanat bahwa sebagai seorang yang mengalami kesusahan diperlukan kesadaran untuk keluar dari kesesengsaraan tersebut dengan tetap menjaga kesabaran dan rendah hatinya. Selain itu timbal balik pemimpin dengan rakyatnya harus dijaga keharmonisannya untuk menjaga ketentraman sebuah negara.
















3.2 Daftar Rujukan
Teks Hikayat Si Miskin
Lampiran
Transkrip Teks Hikayat Si Miskin
            Hikayat Si Miskin
Ini hikayat ceritera orang dahulu kala sekali peristiwa Allah SWT menunjukkan kekayaaNnya kepada hambaNya. Maka adalah seorang miskin laki-bini berjalan mencari rizqinya berkeliling negara antah berantah. Adapun nama raja di dalam negara itu maharaja Indera Dewa. Namanya terlalu amat besar kerajaan baginda itu. Beberapa raja-raja di tanah Dewa itu takluk kepada baginda dan mengantar upeti kepada baginda pada tiap-tiap tahun.
            Hatta, maka pada suatu hari baginda sedang ramai dihadapi oleh segala raja-raja, menteri, hulubalang, rakyat sekalian di penghadapannya. Maka Si Miskin itupun sampailah ke penghadapan itu. Setelah dilihat oleh orang banyak, Si Miskin laki-bini dengan rupa kainnya seperti dimamah anjing rupanya. Maka orang banyak itupun ramailah ia tertawa seraya mengambil kayu dan batu. Maka dilemparilah akan si miskin itu kena tubuhnya habis bengkak-bengkak dan berdarah. Maka segala tubuhnyapun berlumur dengan darah. Maka orangpun gemparlah. Maka titah baginga “Apakah yang gempar di luar itu?”. Sembah segala raja-raja itu “ Ya tuanku Syah Alam, orang melempar Si Miskin tuanku”. Maka titah baginda”Suruh usir jauh-jauh!”. Maka diusir oranglah akan Si Miskin hingga sampailah ke tepi hutan. Maka orang banyak itupu kembalilah. Maka haripun malamlah. Maka bagindapun berangkatlah masuk ke dalam istanannya itu. Maka segala raja-raja dan menteri, hulubalang rakyat sekalian itupun masing-masing pulang ke rumahnya. Adapun akan Si Miskin itu apabila malam iapun tidurlah di dalam hutan itu. Setelah siang hari maka iapun pergi berjalan masuk ke dalam negeri mencari rizqinya. Maka apabila sampailah dekat kepada kampung orang . Apabila orang yang empunya kampung itu melihat akan dia. Maka diusirlah dengan kayu. Maka Si Miskin itupun larilah ia lalu ke pasar. Maka apabila dilihat oleh orang pasar itu Si Miskin datang, maka masing-masing pun datang ada yang melontari dengan batu, ada yang memalu dengan kayu. Maka Si Miskin itupun larilah tunggang langgang, tubuhnya habis berlumur dengan darah. Maka menangislah ia berseru-seru sepanjang jalan itu dengan tersengat lapar dahaganya seperti akan matilah rasanya. Maka iapun bertemu dengan tempat orang membuangkan sampah-sampah. Maka berhentilah ia di sana. Maka dicaharinyalah di dalam sampah yang tertimbun itu barang yang boleh dimakan. Maka didapatinyalah ketupat yang sudah basidibuangkan oleh orang pasar itu dengan buku tebu lalu dimakannya ketupat yang sebiji itu laki-bini. Setelah sudah dimakannya ketupat itu maka barulah dimakannya buku tebu itu. Maka adalah segar sedikit rasanya tubuhnya karena beberapa lamanya tiada merasai nasi. Hendak mati rasanya. Ia hendak meminta ke rumah orang takut. Jangankan diberi orang barang sesuat hampir kepada rumah orang itupun tiada boleh. Demikianlah Si Miskin itu sehari-hari.
Hatta, maka haripun petanglah. Maka Si Miskin pun berjalanlah masuk ke dalam hutan tempatnya sediakala itu. Di sanalah ia tidur. Maka disapunya lah darah-darah yang ditubuhnya tiada boleh keluar karena darah itu sudah kering. Maka Si Miskin itupun tidurlah di dalam hutan itu. Setelah pagi-pagi hari maka berkatalah Si Miskin kepada isterinya”Ya tuanku, matilah rasaku ini. Sangatlah sakit rasanya tubuhku ini”. Maka tiadalah beradaya lagi hancurlah rasanya anggotaku ini. Maka iapun tersedu-sedu menangis. Maka terlalu belas rasa hati isterinya melihat laku suaminya demikian itu. Maka iapun menangis pula seraya mengambil daun kayu lalu dimamahnya. Maka disapukannyalah seluruh tubuh suaminya sambil ia berkata” Diamlah, tuan jangan menangis. Sedihlah dengan anteng kita. Maka selaku ini adapun akan si miskin itu aslinya daripada raja keinderaan. Maka kena sumpah Batara Indera maka jadilah ia demikaian itu. Maka adalah suaminya itu pun segarlah sedikit tubuhnay setelah itu maka suaminyapun masuk ke dalam hutan mencari ambat yang muda ayng patut dimakannya. Maka dibawanyalahkepada isterinya. Maka demikianlah laki-bini.
Hatta beberapa lamanya maka isteri Si Miskin itupun hamillah tiga bulan lamanya. Maka isterinya menangis hendak makan buah mempelam yang ada di dalam taman raja itu. Maka suaminya itupun terketukkan antingnyatatkalaia di Keinderaan menjadi raja tiada ia mau beranak. Maka sekarang telah mudhorot. Maka baharulah hendak beranak seraya berkata kepada isterinya, “Ayo, hay adinda tuan hendak membunuh kakandalah rupanya ini tiadakah tuan tahu akan hal kita yang sudah lalu itu jangankan hendak meminta barang suatu. Hampir kepada kampung orang tiada boleh”. Setelah didengar oleh isterinya kata suaminya demikian itu, maka makinlah sangat ia menangis. Maka kata suaminya, “Diamlah tuan, jangan menangis! Berilah kakanda pergi mencaharikan tuan buah mempelam itu, jikalau dapat oleh kakanda akan buah mempelam itu kakanda berikan pada tuan”. Maka isterinya itu pun diamlah. Maka suaminya itu pun pergilah kepasar mencahari buah mempelam itu. Setelah sampai di kedi orang berjual buah mempelam. Maka si Miskin itu pun berhentilah di sana. Hendak pun dimintanya takut ia akan dipalu orang. Maka kata orang yang berjualan buah mempelam itu, “Hai miskin. Apa kehendakmu?” maka sahut Si Miskin, “Jikalau ada belas dan kasihan serat Rahim tuan akan hamba orang miskin hamba ini minta diberikan yang sudah terbuang itu. Hamba hendak memohonkan buah mempelam tuan yang sudah busuk itu barang sebiji sahaja tuan”. Maka terlalu belas hati sekalian orang pasar itu yang mendengar kata si Miskin. Seperti hancurlah rasa hatinya maka ada yang memberi buah mempelam ada yang memberikan nasi ada yang memberikan kain baju ada yang memberikan buah-buahan. Oleh anak yang daid makan oleh isterinya itu. Maka si Miskin itupun heranlah akan dirirnya oleh sebab diberi orang pasar itu berbagai-bagai jenis pemberian. Adapun akan dahulunya jangankan diberinya barang suatu hampirpun tiada boleh. Habislah dilemparnya dengan kayu dan batu. Setelah sudah ia berpikir dalam hatinya demikian itu, maka iapun kembalilah ke dalam hutan mendapatkan isterinya. Maka katanya, “Inilah tuan, buah memepelam dan segala buah-buahan dan makan-makanan dan kain baju. Itupun diinjakkannyalah isterinya seraya menceriterakan hal ihwalnya tatkala ia di pasar itu. Maka isterinya pun menangis tiada mau makan jikalau bukan buah mempelam yang di dalam taman raja itu. Biarlah aku mati sekali. Maka terlalulah sebal hati suaminya itu melihatkan akan kelakuan isterinya itu seperti orang yang hendak mati. Rupanya tiadalah berdai lagi. Maka suaminya itu pun pergilah menghadap maharaja Indera Dewa itu. Maka baginda itupun sedang ramai dihadap oleh segala raja-raja. Maka si Miskin datanglah. Lalu masuk kedalam sekali. Maka titah baginda, “hai Miskin, apa kehendakmu. Maka sahut si Miskin, ada juga tuanku lalui sujud kepalanya lalu diletakkannya ketanah, “ampun tuanku, beribu-ribu ampun tuanku jikalau ada karenanya dauli Syah Alam akan patulah hamba orang yang hina ini hendaklah memohonkan daun mempelam sah alam yang sydah gugur ke bumi itu barangkali tuanku. Maka titah baginda, “hendak engkau buatkan apa daun mempelam itu?”  Maka sembah si Miskin, “hendak dimakan tuanku.” Maka titah baginda, “ambilkanlah barang setangkai berikan kepada si Miskin ini”. Maka diambilakn oranglah diberikan kepada si Miskin itu. Maka diambillah oleh si Miskin itu seraya menyembah kepada baginda itu. Lalu keluar ia berjalan kembali. Setelah itu maka baginda pun berangkatlah masuk ke dalam istananya. Maka segala raja-raja dan menteri hulu-balang rakyat sekalian itupun masing-masing pulang ke rumahnya arkin. Maka si Miskin pun sampailah kepada tempatnya. Setelah dilihat oleh isterinya akan suaminya dating itu membawa buah mempelam setangkai. Maka ia tertawa-tawa. Seraya disambutnya lalu dimakannya.
Maka adalah antaranya tiga bulan lamanya. Maka ia pun menangis pula hendak makan nangka yang di dalam taman raja itu juga. Maka si Miskin itu pun pergilah pula memohonkan kepada baginda itu. Maka sujudlah pula ia kepada baginda. Maka titah baginda, “apa pula kehendamu hay miskin?” Maka sahut si Miskin, “ya tuanku, ampun beribu-ribu ampun” sahut ia sujud kepalanya lalu diletakkannya ke tanah. Sahut ia berkata pula, “hamba ini orang yang miskin. Hamba minta daun nangka yang gugur ke bumi, barang sehelai. Maka titah baginda, ”hay Miskin, hendak kau buatkan apa daun nagka? Baiklah aku beri buahan barang sebiji” Maka diberikan kepada si Miskin itu. Maka ia pun sujud seraya bermohon kembali mendapatkan isterinya itu.
Maka ia pun sampilah setelah dilihat oleh isterinya itu, suaminya datng itu. Maka disambutnya buah nangka itu. Lalu dimakan oleh isterinya itu.  Adapun selama isterinya si Miskin hamil maka banyaklah makn-makanan dan kain baju dan beras padi dan segala perkakas-perkakas itu diberi orang kepadanya.
Hatta maka dengan hal yang demikian itu maka genaplah bulannya. Maka pada ketika yang baik dan saat yang sempurna pada malam empat belas hari bulan. Maka bulan itu pun sedang terang. Maka pada ketika itu isteri si Miskin itu pun beranaklah seorang anak laki terlalu amat baik parasnya dan elok rupanya. Maka dinamainya akan anaknya itu Markaromah artinya anak didalam kesukaran. Maka dipeliharakannyalah anaknya itu. Maka terlalu amat kasihsayangnya akan anak itu tiada boleh bercari barang seketika jua pun dengan anaknya Markaromah itu.
Hatta, maka dengan takdir Allah SWT menganugarahi kepada hambanya. Maka si Miskin pun menggalilah tanah hendak berbuat tempatnya tiga beranak itu. Maka digalinyalah tanah itu hendak mendirikan tiang teratak itu. Maka tergalilah kepada sebuah telaju yang besar berisi emas terlalu banyak. Maka isterinya pun datanglah melihat akan emas itu. Seraya berkata kepada suaminya, “adapun akan emas ini sampai kepada anak cucu kita sekalipun tiada habis dibuat belanja. Maka terlalu sukacita hatinya laki isteri itu. Maka oleh isterinyadiambilnya emas itu dibawanya kepada suaminya. Maka si Miskin itupun pergilah kepada saudagar-saudagar yang di dalam negeri antah-berantah itu. Setelah itu maka bertemulah ia dengan saudagar itu. Maka segeralah ia ditukar oleh saudagar itu. Seraya katany, “marilah tuanhamba duduk dekat hamba disini, dari mana tuan datang ini dan apakah maksud tuan hamba dating kepada hamba ini?” Maka kata si Miskin itu seraya tersenyum, “ada juga kehendak hamba ini kepada tuan hamba jikalau tuan hamba boleh menolong akan hamba katakanlah. Maka sahut saudagar itu, “katakanlah hajat tuan hamba 



3.3 Terjemahan
Hikayat Si Miskin
Hikayat ini menceritakan orang pada zaman dahulu sekali. Suatu peristiwa yang mana Allah SWT menunjukkan kekayaanNya kepada hambaNya. Menceritakan orang miskin suami-isteri yang mencari rizki ke negara antah berantah. Nama raja dalam negara tersebut adalah Indera Dewa. Beliau teramat mahsyur. Raja-raja di tanah Dewa tersebut takluk kepada Baginda dan membayar upeti setiap tahunnya.
            Suatu hari baginda sedang berkumpul bersama raja-raja, menteri dan hulubalang serta rakyatnya. Lalu Si Miskin menuju ke tempat berkumpul tersebut.  Orang-orang melihatny, Si miskin suami-isteri tersebut berpakaian usang seperti habis dimamah anjing. Orang-orang tertawa melihatnya sambil mengambil kayu dan batu. Si Miskin dilempari tubuhnya dan bengkak serta berdarah. Baginda berkata” ada apakah gerangan di luar itu?”. Para raja menjawab” ya taunku Syah Alam, orang melempari Si Miskin tuanku”. Baginda berkata” usirlah jauh-jauh!”.Diusirlah oleh orang-orang Si Miskin tersebut hingga ke tepi hutan dan orang-orang kembali.
            Setelah hari mulai malam, baginda masuk ke dalam istananya. Seluruh raja, menteri dan hulubalang serta rakyat pulang ke rumahnya. Sedangkan Si Miskin ketika malam ia tidur di dalam hutan. Setelah siang hari ia masuk ke dalam negeri mencari rizkinya. Ketika sampai di dekat kampung, apabila warga kampung melihatnya ia diusir dengan kayu dan Si Miskin lari ke dalam pasar. Apabila orang pasar melihat Si Miskin datang maka orang pasar melemparinyadenagn batu bahkan memukulnya dengan kayu. Si miskin menangis kencang sepanjang jalan karena lapar dan haus seperti hendak mati.
Ketika bertemu tempat sampah ia berhenti. Dicarinya makanan di atas tumpukan sampah. Didapatinya ketupat basi dan sebuku tebu lalu dimakan bersama isterinya. Setelah dimakannya ia merasa badannya agak segara karena telah beberapa hari tidak makan nasi karena Ia takut hendak meminta kepada orang. Jangankan diberi, datang ke rumahnya pun diusir. Begitulah kehidupan Si miskin setiap hari.
            Ketika hari sudah petang, si miskin masuk ke dalam hutan tempatnya sediakala. Di sanalah ia tidur. Ia menyapu darah di tubuhnya yang sudah kering lalu tidur. Setelah pagi datang, Ia berkata kepada Isterinya” Ya tuanku, matilah rasanya. Tubuhku sangat sakit, rasanya tubuhku hancur”. Katanya sambil menangis. Isterinya merasa iba melihat suaminya. Sang isteri ikut manangis sambil memamah daun untuk dioleskan ke tubuh suaminya sambil berkata” diamlah taun, jangan menangis! Seduhlahg dengan anting kita!”. Sebenarnya Si Miskin adalah raja Keinderaan yang terkena kutukan Batara Indera hingga seperti itu. Suaminya itupun segera sembuhdan masuk ke dalam hutan mencari ambatmuda yang bisa dimakan dan dibawa kepada isterinya. Seperti itulah suami isteri itu.
            Setelah beberapa lama, Isteri Si miskin hamil tiga bulan. Isterinya menangis meminta buah mangga yang ada di taman raja. Suaminya terinagt antingnya ketika menjadi raja ia tidak mau memiliki anak dan sekarang telah menjadi hal genting dan berkata kepada isteinya” hai adinda, apakah emngkau hendak membunuhku?, lupakah engkau masalah kita. Jangankan meminta barang, masuk ke dalam kampung saja tidak boleh.  Setelah isterinya mendengan hal itu, ia makin menangis. Suaminya berkata” diamlah tuan, jangan menangis! Aku akan pergi mencarikan adinda buah mempelam dan aku berikan kepada adinda”. Barulah isterinya diam mendengar hal tersebut. Maka si suami pergi ke pasar mencari buah mangga. Setelah sampai di kedai tempat orang berjual buah mangga, Si Miskin berhenti hendak meminta namun takut dipukuli. Orang yang berjualan berkata” hai miskin, mau apakah engkau?”. Si miskin menyahut” aku hendak memohon belas kasihanmu, kasihanilah aku yang miskin ini. Bolehkah saya meminta buahmangga yang busuk itu sebiji saja?”. Orang itu mearasa iba mendengar perkataan Si Miskin. Ketika itu ada yang memberi buah mangga, ada yang memberi nasi, ada yang memberi baju dan buah-buahan. Karena itulah, Si Miskin merasa heran kepada dirinya karena orang-orang pasar banyak memberinya. Karena dahulu ia tidak boleh masuk ke dalam kampung dan dilempari orang-orang. Setelah ia berpikir mengenai hal itu, ia masuk ke hutan dan menceritakan kejadian ketika di pasar. Isterinay menangis mendengae cerita suaminya karena tidak mau memakan jika buah mangga tersebut bukan berasal dari taman raja. Suaminay merasa sebal melihat kelakuan isterinya namun ia tek berdaya. Maka ia menghadap indera Dewa ketika sedang ramai berkumpul bersama raja-raja. Si Miskin datang dan masuk ke dalam. Baginda bertanya” hai mkiskin, apa kehendakmu?”. Si miskin menjawab sambil bersujud” ampun tuanku, beribu ampun, hamba orang miskin hendak meminta daun mangga Syah Alam yang sudah jatuh tuanku”. Baginda berkata” akan kau gunakan apa daun mangga itu?”. Si miskin menjawab” hendak di makan tuanku”. Baginda berkata” ambilkanlah setangkai untuk si miskin ini”!. Si miskin diambilkan dan dibawanya seraya menyembah kepada baginda dan berjalan ke luar.
            Setelah itu, baginda masuk ke dalam istananya. Seluruh raja-raja, menteri dan hulubalang beserta rakyat pulang ke rumahnya masing-masing. Si miskin sampai ke tempatnya. Setelah isterinya melihat kedatangannya membawa buah mangga setangkai, Sang Isteri menyambut sambil tertawa lalu dimakannya buah mangga itu. Setelaj tiga bulan lamanya, si isteri menangis hendak makan buah nangka yang ada di dalam istana raja. Si miskin pergi meminta kepada baginda. Ia bersujud kepada baginda. Baginda bertanya” apa lagi kehendakmu hai miskin?”. Si miskin menjawab” ya tuanku, ampun beribu ampun” sambil bersujud” hamba yang msikin ini hendak meminta daun nangka yang gugur itu sehelai “. Baginda berkata” hendak kau apakan daun nagka? Baiklah aku beri buahnya sebiji”. Lalu diberikan kepada si miskin. Lalu si miskin bersujud seraya bermohon hendak kembali kepada isterinya.  Setelah sampai di tempatnya dan dilihatnya isterinya. Disambutnya buah nangka itu lalu dimkannya.
Ketika isterinya hamil menjadi banyak makanan dan kain baju, beras, padi, dan segala perkakas diberi orang. Karena itu, setelah genap sembilan bulan, pada malam empat belas bualn temaram isterinya melahirkan seorang putera yang tampan. Diberi nama Markaromah yang berarti “anak susah”. Anak itu dirawatnya denagn baik dan penuh kasih sayang.
Karena takdir Allah SWT kepada hambanya. Si miskin menggal tanah untuk tinggal bertiga bersama anaknya. Digalilah tanah itu untuk menancapkan tiang. Ia menemukan bongkahan emas yang banyak. Ketika isterinya melihat emas itu seraya berkata” emas ini cukup baut anak cucu kita dan tidak akan habis untuk belanja”. Keduanya merasa sukacita. Diambilnya emas itu dan dibawa ke saudagar di negeri entah berantah. Ia segera menukarnya. Sudagar itu berkata” duduklah taunku, darimana tuan datang dan apa maksud kedatangan tuan?”si miskin menjawab sambil tersenyum” hamba hendak meminta tolong” saudagar menyahut”” katakan saja kehendakmu tuan...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar