DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang …………………………………………………………………..
1.2 Rumusan
Masalah ……………………………………………………………….
1.3 Tujuan
……………………………………………………………………………
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Menceritakan Kembali Hikaya Si Miskin ………………………………………
2.2
Penokohan ……………………………………………………………………....
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan ………………………………………………………………………
3.2
Lampiran Daftar Rujukan Si Miskin …………………………………………….
3.3
Terjemahkan ……………………………………………………………………..
MAKALAH
KEBAHASA
DAN SASTRA
HIKAYA
SI MISKIN

NAMA : ABDIYAH
FKIP :
PGSD
DOSEN : Dr.Hj.Ajisarni LZ,M.Pd
FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
JAKARTA 2014 / 2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Teks cerita berbahasa melayu menarik untuk dianalisis
dari segi kebahasaan maupun non kebahasaan. Bahasa pada teks cerita melayu
terlihat berbeda jika dibandingkan dengan bahasa Indonesia. Hal ini dikarenakan
perkembangan bahasa Indonesia dianggap cepat mengikuti arus globalisasi
sedangkan penutur bahasa Melayu semakin berkurang. Perbedaan dari perbandingan
inilah yang membuat menariknya teks Melayu untuk dianalisis dari segi
kebahasaannya.
Dilihat dari segi non bahasa, cerita Melayu klasik dapat
dianalisis amanat ceritanya. Cerita Melayu klasik menekankan syiar dalam
teksnya.Syiar dalam teks melayu klasik dilatar belakangi dengan berkembangnya
ajaran Islam di dataran Melayu. Jika dibandingkan dengan karya
sastra tulis era modern saat ini yang berbahasa tak seronoh hal ini dipengaruhi
perkembangan informasi yang melaju cepat. Semantara itu, karya teks Melayu belum tersentuh pengaruh luar. Pesan yang
disampaikan dalam cerita teks Melayu
tersembunyi dan perlu analisis mendalam untuk memahaminya.
Untuk
itulah, makalah ini ditulis sebagai bahan informasi dan pengetahuan mengenai
aspek kebahasaan dan non kebahasaan sebagai perbandingan dengan teks sastra
modern dan Melayu.
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana bahasa teks sebelum diterjemahkan?
b. Bagaimana bahasa teks setelah diterjemahkan?
c. Bagaimana karakter tokoh dalam cerita?
d. Apa manfaat yang dapat diambil dari cerita ini?
1.3 Tujuan
a. Mentranskirip
teks melayu
b. Menerjemahkan
teks Melayu ke Bahasa Indonesia
c. Analisis
teks melayu
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Menceritakan Kembali
Hikayat
ini mengisahkan pasangan suami-isteri dalam mencari rizki pada negara yang
terkenal. Di kerajaan itu, setiap raja-raja diwajibkan mengirim upeti kepada
baginda Dewa Indera. Ketika baginda sedang berkumpul bersama para menteri, Si
Miskin menerobos masuk bersama isterinya dengan pakaian lusuh dan orang-orang
melemparinya. Mendengar hal itu baginda pun menyuruh mengusir Si Miskin ke
tengah hutan. Seperti itu kehidupan Si Miskin bersama isterinya. Ia tinggal di
tengah hutan dan keluar ketika hari siang untuk mencari makan. Namun, apabila
warga melihatnya ia akan dilempari dan diusir.
Suatu hari,
Si Miskin mengais makanan di tempat sampah karena rasa lapar dan haus yang
menyiksanya. Ia menemukan ketupat dan sebatang tebu lalu dimakan bersama
isterinya di dalam hutan. Tubuhnya yang terluka karena dipukuli orang kini
diobati oleh isterinya.
Tibalah
waktunya, Sang Isteri kini hamil tiga bulan dan merengek meminta buah Mempelam
di taman raja. Si Miskin yang tidak tega mendengar rengekan isterinya keluar
hutan dan meminta buah Mempelam kepada pedagang di pasar. Ia mendapat buah
Mempelam dari pedagang di kios buah dan mendapat makanan serta baju dari
orang-orang di pasar yang iba mendengar ceritanya. Iapun merasa heran melihat
kebaikan pedagang yang biasanya mengusirnya. Karena merasa senang, ia kembali
ke hutan dan memberikan segala pemberian pedagang di pasar kepada isterinya. Ia
bercerita mengenai kejadian di pasar tersebut namun, isterinya menangis
mengetahui buah mempelamnya bukan dari taman baginda raja.
Si
Miskin akhirnya memberanikan diri datang ke kerajaan meminta buah Mempelam
kepada baginda. Ia mendapatkan buah mempelam dari baginda dengan memohon belas
kasihan baginda. Sang isteri merasa senang melihat sang suami kembali membawa
buah Mempelam.
Tiga bulan berlalu, kini kandungan Sang
Isteri berusia enam bulan dan kini merengek meminta buah Nangka yang berada di
taman istana baginda. Dengan perasaan kesal Sang Suami kembalilagi ke istana
untuk meminta buah Nangka dengan memohon belas kasihan. Ia kembali mebawa buah
Nangka dan isterinya merasa senang. Selama mengandung, janinnya mendapat makanan
yang enak dan pakaian serta perabotan yang banyak dari pemberian orang. Setelah
genap sembilan bulan, sang anak lahir. Bertepatan dengan bulan purnama Si
Miskin dikaruniai anak laki-laki yang tampan dan diberi nama Markaramah yang
artinya anak yang dalam kesusahan. Anak tersebut dirawatnya dengan penuh kasih
sayang.
Allah menunjukkan kebesarannya dengan
meidapat berupa bongkng mberikan rizki kepada pasangan suami-isteri tersebut.
Rizki yang didapat berupa bongkahan emas yang tidak akan habis dimakan hingga
anak-cucu.
2.2 Penokohan
Dalam
hikayat ini tokoh yang menonjol hanyalah Si Miskin dan Sang Isteri. Sementara
raja, hulubalang, menteri, dan Markaromah hanya sebagai pemeran sampingan.
Berikut tokoh dan penokohan disertai bukti dari teks Hikayat Si Miskin:
a.
Si Miskin
Sebagai tokoh utama, Si Miskin menonjol
dalam cerita ini. Perannya sebagai mantan raja yang dikutuk menjadi miskin.
Namun karena usaha dan kepintarannya merendahkan diri ia berhasil menjadi kaya
dengan emas yang didapatnya. Dari cerita ini dapat disimpulkan bahwa Si Miskin
berwatak sabar. Watak sabar Si Miskin ditunjukkan dari kutipan teks berikut:
“Si Miskin
dilempari tubuhnya dan bengkak serta berdarah”
Kutipan di atas cukup untuk
membuktiakan bahwa Si Miskin sabar menghadapi cobaan hidupnya. Contoh lain
watak Si Miskin adalah Rela berkorban. Watak rela berkorban ditunjukkan dalam
kutipan:
” Diamlah tuan,
jangan menangis! Aku akan pergi mencarikan adinda buah mempelam dan aku berikan
kepada adinda”.
Dalam kisah ini ditunjukkan bahwa sang
isteri sedang hamil dan merengek meminta buah di taman raja. Namun, dengan
kerelaanya ia mengabulkan permintaan isterinya. Selain dua watak tersebut di
atas, Si Miskin berwatak Cerdik yang ditunjukkanketika ia memerlukan buah dan
memohonkannya kepada penjual dan kepada baginda raja.
” Aku hendak
memohon belas kasihanmu, kasihanilah aku yang miskin ini. Bolehkah saya meminta
buahmangga yang busuk itu sebiji saja”.
”Ampun tuanku,
beribu ampun, hamba orang miskin hendak meminta daun mangga Syah Alam yang sudah
jatuh tuanku”.
Dengan ungkapan lain meminta buah busuk
akan mempengaruhi sikap orang yang dimintai karena ungkapan itu menunjukkan
rasa belas kasihan dibandingkan dengan meminta secara langsung.
b.
Isteri
Dalam hikayat ini Isteri Si Miskin
memiliki karakter setia dan manja. Watak setia tidak secara langsung tertera
dalam cerita namun dapat dipetik dari cerita ini bahwa dalam keadaan
terlunta-lunta dan hidup di hutan sekalipun Sang Isteri tetap setia menemani
suami. Selain itu dalam teks ditunjukkan betapa pasangan ini saling melengkapi.
Isterinya
merasa iba melihat suaminya. Sang Isteri ikut manangis sambil memamah daun
untuk dioleskan ke tubuh suaminya sambil berkata” diamlah taun, jangan
menangis! Seduhlah dengan anting kita!”.
Cerita ketika Sang Isteri memamahkan
daun untuk obat suaminya menunjukkan rasa sayang terhadap suaminya. Sementara
itu, sikap manja Sang Isteri ditunjukkan ketika sedang mengandung anak dan
merengek meminta buah mangga dan mempelam.
Isterinay
menangis mendengar cerita suaminya karena tidak mau memakan jika buah mangga
tersebut bukan berasal dari taman raja.
c.
Raja
Awal cerita
menunjukkan watak raja yang tidak mengenal belas kasihan. Hal ini ditunjikkan
ketika raja menuruh mengusir Si Miskin dan membuang ke tengah hutan.
“Usirlah jauh-jauh!”.
Akan tetapi,
pada pertengahana dan akhir cerita watak raja menjadi baik dan rela berderma
kepada Si Miskin yang memintabuah dar taman istananya.
” Ambilkanlah setangkai untuk Si Miskin ini”!.
Kalimat di atas
menunjukkan betapa sang raja menjadi baik dan berderma. Si Miskin yang meminta
daun mempelam diberi setangkai buah mempelam.
2.3 Amanat
Meskipun tidak secara langsung
disampaikan dalam cerita, amanat memberi peran kepada pembaca yang kritis untuk
dapat mengambil manfaat dari cerita yang disampaikan. Dari hikayat ini didapat
amanat untuk:
- Menghadapi cobaan dalam hidup dengan sabar dan
rendah hati.
Si Miskin telah
membuktikannya bahwa dengan kesabaran dan rendah hati ia dapat menghadapi
cobaan yang diberikan kepadanya. Ia juga membuktikan bahwa tuhan akan membalas
segala kebaikan manusia.
- Seorang
pemimpin yang baik adalah seorang yang adil dan pemurah.
Dalam cerita
ini, raja dapat dijadiakn panutan. Seorang pemimpin haruslah mengayomi
rakyatnya. Sikapnya terhadap Si Miskin menunjkkan kebaikan hati sang raja.
Sedangkan kebiasaannya berkumpul dengan rakyat dapat membuat jarak pemimpin dan
rakyat menjadi lebih dekat.
- Janganmemandangseseorangdaritampakluarnyasaja,
tapilihatlahkedalamhatinya.
Sikap warga
yang melempari dan memukuli Si Miskin menunjukkan bahwa manusia hanya memandang
manusia lain dari fisik saja. Padahal ada kekuatan tersembunyi dari setiap
fisik manusia. Kekuatan-kekuatan tersebut dimiliki setiap manusia seperti Si
Miskin memiliki kekuatan dalam hal kesabaran dan rendah hati.
- Hendaknya
kita dapat menolong sesama yang mengalami kesukaran.
Dalam konteks
lain, sikap pedagang yang merasa iba kepada Si Miskin menunjukkan bahwa saling
menolong dan gotong royong dapat memberikan ketenangan dalam kehidupan
bermasyarakat. Karena mengetahui masalah Si Miskin, warga tidak perlu ribut
ketika Si Miskin melewati kampungnya.
Nilai
Moral
·
Bersikap bijaksana dalam menghadapi segala
hal di dalam hidup kita.
NilaiSosial
·
Tolong-menolong terhadap sesame dan pada
orang yang membutuhkan tanpa rasa pamrih.
·
Berbagi untuk meringankan beban orang
lain.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Teks
Melayu yang secara tidak langsung mendidik pembaca untuk kritis terhadap isi
dan makna bacaan. Sebagai sebuah teks, Hikayat Si Miskin dapat dianalisis dari
segi kebahasaan dan non kebahasaab. Namun, diperlukan pemahaman khusus ketika
membacanya. Hal ini disebabkan bahasa Melayu yang lama bertahan sedangkan
bahasa Indonesia mengalami perkembangan yang pesat.
Hikayat Si Miskin memberikan amanat
bahwa sebagai seorang yang mengalami kesusahan diperlukan kesadaran untuk
keluar dari kesesengsaraan tersebut dengan tetap menjaga kesabaran dan rendah
hatinya. Selain itu timbal balik pemimpin dengan rakyatnya harus dijaga keharmonisannya
untuk menjaga ketentraman sebuah negara.
3.2 Daftar Rujukan
Teks Hikayat Si Miskin
Lampiran
Transkrip Teks Hikayat Si Miskin
Hikayat Si Miskin
Ini hikayat ceritera orang dahulu kala sekali peristiwa Allah SWT
menunjukkan kekayaaNnya kepada
hambaNya. Maka adalah
seorang miskin laki-bini berjalan mencari rizqinya berkeliling
negara antah berantah. Adapun nama raja di dalam negara itu maharaja Indera
Dewa. Namanya terlalu amat besar kerajaan baginda itu. Beberapa raja-raja di tanah Dewa itu
takluk kepada baginda dan mengantar upeti kepada baginda pada tiap-tiap tahun.
Hatta,
maka pada suatu hari baginda sedang ramai dihadapi oleh segala raja-raja,
menteri, hulubalang, rakyat
sekalian di penghadapannya. Maka Si
Miskin itupun sampailah ke penghadapan itu. Setelah dilihat oleh orang banyak,
Si Miskin laki-bini dengan rupa kainnya seperti dimamah
anjing rupanya. Maka orang banyak itupun ramailah ia tertawa seraya mengambil
kayu dan batu. Maka dilemparilah akan si miskin itu kena tubuhnya habis bengkak-bengkak dan berdarah. Maka segala tubuhnyapun
berlumur dengan darah. Maka orangpun gemparlah. Maka titah baginga “Apakah yang gempar di luar itu?”. Sembah
segala raja-raja itu “ Ya tuanku Syah Alam, orang melempar Si Miskin tuanku”. Maka
titah baginda”Suruh usir
jauh-jauh!”. Maka diusir
oranglah akan Si Miskin hingga sampailah ke tepi hutan. Maka orang banyak itupu
kembalilah. Maka haripun malamlah. Maka bagindapun berangkatlah masuk ke dalam
istanannya itu. Maka segala raja-raja dan menteri, hulubalang rakyat sekalian
itupun masing-masing pulang ke rumahnya. Adapun akan Si Miskin itu apabila
malam iapun tidurlah di dalam hutan itu. Setelah siang hari maka iapun pergi
berjalan masuk ke dalam negeri mencari rizqinya. Maka apabila sampailah dekat kepada kampung orang . Apabila orang yang
empunya kampung itu melihat akan dia. Maka diusirlah dengan kayu. Maka Si
Miskin itupun larilah ia lalu ke pasar. Maka apabila dilihat oleh orang pasar itu
Si Miskin datang, maka masing-masing pun datang ada yang melontari dengan batu,
ada yang memalu dengan kayu. Maka Si Miskin itupun larilah tunggang langgang,
tubuhnya habis berlumur dengan darah. Maka menangislah ia berseru-seru
sepanjang jalan itu dengan tersengat lapar dahaganya seperti akan matilah rasanya.
Maka iapun bertemu dengan tempat orang membuangkan sampah-sampah. Maka
berhentilah ia di sana. Maka dicaharinyalah di dalam sampah yang tertimbun itu
barang yang boleh dimakan. Maka didapatinyalah ketupat yang sudah
basidibuangkan oleh orang pasar itu dengan buku tebu lalu dimakannya ketupat
yang sebiji itu laki-bini. Setelah sudah dimakannya ketupat itu maka barulah
dimakannya buku tebu itu. Maka adalah segar sedikit rasanya tubuhnya karena
beberapa lamanya tiada merasai nasi. Hendak mati rasanya. Ia hendak
meminta ke rumah orang takut. Jangankan diberi orang barang sesuat hampir
kepada rumah orang itupun tiada boleh. Demikianlah Si Miskin itu sehari-hari.
Hatta, maka haripun petanglah. Maka Si
Miskin pun berjalanlah masuk ke dalam hutan tempatnya sediakala itu. Di sanalah
ia tidur. Maka
disapunya lah darah-darah yang ditubuhnya tiada boleh keluar karena darah itu
sudah kering. Maka Si Miskin itupun tidurlah di
dalam hutan itu. Setelah pagi-pagi hari maka berkatalah Si Miskin kepada
isterinya”Ya tuanku, matilah
rasaku ini. Sangatlah sakit rasanya tubuhku ini”. Maka tiadalah beradaya lagi
hancurlah rasanya anggotaku ini. Maka iapun tersedu-sedu menangis. Maka terlalu
belas rasa hati isterinya melihat laku suaminya demikian itu. Maka iapun menangis pula seraya
mengambil daun kayu lalu dimamahnya. Maka disapukannyalah seluruh tubuh
suaminya sambil ia berkata” Diamlah, tuan jangan menangis. Sedihlah dengan
anteng kita. Maka selaku ini adapun akan si miskin itu aslinya daripada raja keinderaan. Maka kena sumpah Batara Indera maka jadilah ia
demikaian itu. Maka adalah suaminya itu pun segarlah sedikit tubuhnay setelah itu maka
suaminyapun masuk ke dalam hutan mencari ambat yang muda ayng patut dimakannya. Maka dibawanyalahkepada
isterinya. Maka demikianlah laki-bini.
Hatta beberapa lamanya maka isteri Si
Miskin itupun hamillah tiga bulan lamanya. Maka isterinya menangis hendak makan buah mempelam yang ada di dalam taman
raja itu.
Maka suaminya itupun terketukkan antingnyatatkalaia di Keinderaan menjadi raja
tiada ia mau beranak. Maka sekarang telah mudhorot. Maka baharulah hendak
beranak seraya berkata kepada isterinya, “Ayo, hay adinda tuan hendak membunuh
kakandalah rupanya ini tiadakah tuan tahu akan hal kita yang sudah lalu itu
jangankan hendak meminta barang suatu. Hampir kepada kampung orang tiada
boleh”. Setelah didengar oleh isterinya kata suaminya demikian itu, maka
makinlah sangat ia menangis. Maka kata suaminya, “Diamlah tuan, jangan
menangis! Berilah kakanda pergi mencaharikan tuan buah mempelam itu, jikalau
dapat oleh kakanda akan buah mempelam itu kakanda berikan pada tuan”. Maka
isterinya itu pun diamlah. Maka suaminya itu pun pergilah kepasar mencahari
buah mempelam itu. Setelah sampai di kedi orang berjual buah mempelam. Maka si
Miskin itu pun berhentilah di sana. Hendak pun dimintanya takut ia akan dipalu
orang. Maka kata orang yang berjualan buah mempelam itu, “Hai miskin. Apa
kehendakmu?” maka sahut Si Miskin, “Jikalau ada belas dan kasihan serat Rahim
tuan akan hamba orang miskin hamba ini minta diberikan yang sudah terbuang itu.
Hamba hendak memohonkan buah mempelam tuan yang sudah busuk itu barang sebiji
sahaja tuan”. Maka terlalu belas hati sekalian orang pasar itu yang mendengar
kata si Miskin. Seperti hancurlah rasa hatinya maka ada yang memberi buah
mempelam ada yang memberikan nasi ada yang memberikan kain baju ada yang
memberikan buah-buahan. Oleh anak yang daid
makan oleh isterinya itu. Maka si Miskin itupun heranlah akan dirirnya oleh
sebab diberi orang pasar itu berbagai-bagai jenis pemberian. Adapun akan
dahulunya jangankan diberinya barang suatu hampirpun tiada boleh. Habislah
dilemparnya dengan kayu dan batu. Setelah sudah ia berpikir dalam hatinya
demikian itu, maka iapun kembalilah ke dalam hutan mendapatkan isterinya. Maka
katanya, “Inilah
tuan, buah memepelam dan segala buah-buahan dan makan-makanan dan kain baju.
Itupun diinjakkannyalah isterinya seraya menceriterakan hal ihwalnya tatkala ia
di pasar itu. Maka isterinya pun menangis tiada mau makan jikalau bukan buah
mempelam yang di dalam taman raja itu. Biarlah aku mati sekali. Maka terlalulah
sebal hati suaminya itu melihatkan akan kelakuan isterinya itu seperti orang
yang hendak mati. Rupanya tiadalah berdai lagi. Maka suaminya itu pun pergilah
menghadap maharaja Indera Dewa itu. Maka baginda itupun sedang ramai dihadap
oleh segala raja-raja. Maka si Miskin datanglah. Lalu masuk kedalam sekali.
Maka titah baginda, “hai Miskin, apa kehendakmu. Maka sahut si Miskin, ada juga
tuanku lalui sujud kepalanya lalu diletakkannya ketanah, “ampun tuanku,
beribu-ribu ampun tuanku jikalau ada karenanya dauli Syah Alam akan patulah hamba orang yang
hina ini hendaklah memohonkan daun mempelam sah alam yang sydah gugur ke bumi
itu barangkali tuanku. Maka titah baginda, “hendak engkau buatkan apa daun
mempelam itu?” Maka sembah si Miskin,
“hendak dimakan tuanku.” Maka titah baginda, “ambilkanlah barang setangkai
berikan kepada si Miskin ini”. Maka diambilakn oranglah diberikan kepada si
Miskin itu. Maka diambillah oleh si Miskin itu seraya menyembah kepada baginda
itu. Lalu keluar ia berjalan kembali. Setelah itu maka baginda pun berangkatlah
masuk ke dalam istananya. Maka segala raja-raja dan menteri hulu-balang rakyat
sekalian itupun masing-masing pulang ke rumahnya arkin. Maka si Miskin pun sampailah kepada tempatnya.
Setelah dilihat oleh isterinya akan suaminya dating itu membawa buah mempelam
setangkai. Maka ia tertawa-tawa. Seraya disambutnya lalu dimakannya.
Maka adalah antaranya tiga bulan lamanya. Maka ia pun
menangis pula hendak makan nangka yang di dalam taman raja itu juga. Maka si
Miskin itu pun pergilah pula memohonkan kepada baginda itu. Maka sujudlah pula
ia kepada baginda. Maka titah baginda, “apa pula kehendamu hay miskin?” Maka
sahut si Miskin, “ya tuanku, ampun beribu-ribu ampun” sahut ia sujud kepalanya
lalu diletakkannya ke tanah. Sahut ia berkata pula, “hamba ini orang yang
miskin. Hamba minta daun nangka yang gugur ke bumi, barang sehelai. Maka titah
baginda, ”hay Miskin, hendak kau buatkan apa daun nagka? Baiklah aku beri buahan
barang sebiji” Maka diberikan kepada si Miskin itu. Maka ia pun sujud seraya
bermohon kembali mendapatkan isterinya itu.
Maka ia pun sampilah setelah dilihat oleh isterinya itu,
suaminya datng itu. Maka disambutnya buah nangka itu. Lalu dimakan oleh isterinya
itu. Adapun selama isterinya si Miskin
hamil maka banyaklah makn-makanan dan kain baju dan beras padi dan segala
perkakas-perkakas itu diberi orang kepadanya.
Hatta maka dengan hal yang demikian itu maka genaplah
bulannya. Maka pada ketika yang baik dan saat yang sempurna pada malam empat
belas hari bulan. Maka bulan itu pun sedang terang. Maka pada ketika itu isteri
si Miskin itu pun beranaklah seorang anak laki terlalu amat baik parasnya dan
elok rupanya. Maka dinamainya akan anaknya itu Markaromah artinya anak didalam
kesukaran. Maka dipeliharakannyalah anaknya itu. Maka terlalu amat
kasihsayangnya akan anak itu tiada boleh bercari barang seketika jua pun dengan
anaknya Markaromah itu.
Hatta,
maka dengan takdir Allah SWT menganugarahi kepada hambanya. Maka si Miskin pun
menggalilah tanah hendak berbuat tempatnya tiga beranak itu. Maka digalinyalah
tanah itu hendak mendirikan tiang teratak itu. Maka tergalilah kepada sebuah
telaju yang besar berisi emas terlalu banyak. Maka isterinya pun datanglah
melihat akan emas itu. Seraya berkata kepada suaminya, “adapun akan emas ini
sampai kepada anak cucu kita sekalipun tiada habis dibuat belanja. Maka terlalu
sukacita hatinya laki isteri itu. Maka oleh isterinyadiambilnya emas itu
dibawanya kepada suaminya. Maka si Miskin itupun pergilah kepada
saudagar-saudagar yang di dalam negeri antah-berantah itu. Setelah itu maka
bertemulah ia dengan saudagar itu. Maka segeralah ia ditukar oleh saudagar itu.
Seraya katany, “marilah tuanhamba duduk dekat hamba disini, dari mana tuan
datang ini dan apakah maksud tuan hamba dating kepada hamba ini?” Maka kata si
Miskin itu seraya tersenyum, “ada juga kehendak hamba ini kepada tuan hamba
jikalau tuan hamba boleh menolong akan hamba katakanlah. Maka sahut saudagar
itu, “katakanlah hajat tuan hamba
3.3 Terjemahan
Hikayat Si Miskin
Hikayat ini menceritakan orang pada
zaman dahulu sekali. Suatu peristiwa yang mana Allah SWT menunjukkan
kekayaanNya kepada hambaNya. Menceritakan orang miskin suami-isteri yang
mencari rizki ke negara antah berantah. Nama raja dalam negara tersebut adalah
Indera Dewa. Beliau teramat mahsyur. Raja-raja di tanah Dewa tersebut takluk
kepada Baginda dan membayar upeti setiap tahunnya.
Suatu
hari baginda sedang berkumpul bersama raja-raja, menteri dan hulubalang serta
rakyatnya. Lalu Si Miskin menuju ke tempat berkumpul tersebut. Orang-orang melihatny, Si miskin suami-isteri
tersebut berpakaian usang seperti habis dimamah anjing. Orang-orang tertawa
melihatnya sambil mengambil kayu dan batu. Si Miskin dilempari tubuhnya dan
bengkak serta berdarah. Baginda berkata” ada apakah gerangan di luar itu?”.
Para raja menjawab” ya taunku Syah Alam, orang melempari Si Miskin tuanku”.
Baginda berkata” usirlah jauh-jauh!”.Diusirlah oleh orang-orang Si Miskin tersebut
hingga ke tepi hutan dan orang-orang kembali.
Setelah
hari mulai malam, baginda masuk ke dalam istananya. Seluruh raja, menteri dan
hulubalang serta rakyat pulang ke rumahnya. Sedangkan Si Miskin ketika malam ia
tidur di dalam hutan. Setelah siang hari ia masuk ke dalam negeri mencari
rizkinya. Ketika sampai di dekat kampung, apabila warga kampung melihatnya ia
diusir dengan kayu dan Si Miskin lari ke dalam pasar. Apabila orang pasar
melihat Si Miskin datang maka orang pasar melemparinyadenagn batu bahkan
memukulnya dengan kayu. Si miskin menangis kencang sepanjang jalan karena lapar
dan haus seperti hendak mati.
Ketika bertemu tempat sampah ia
berhenti. Dicarinya makanan di atas tumpukan sampah. Didapatinya ketupat basi
dan sebuku tebu lalu dimakan bersama isterinya. Setelah dimakannya ia merasa
badannya agak segara karena telah beberapa hari tidak makan nasi karena Ia
takut hendak meminta kepada orang. Jangankan diberi, datang ke rumahnya pun
diusir. Begitulah kehidupan Si miskin setiap hari.
Ketika
hari sudah petang, si miskin masuk ke dalam hutan tempatnya sediakala. Di
sanalah ia tidur. Ia menyapu darah di tubuhnya yang sudah kering lalu tidur.
Setelah pagi datang, Ia berkata kepada Isterinya” Ya tuanku, matilah rasanya.
Tubuhku sangat sakit, rasanya tubuhku hancur”. Katanya sambil menangis.
Isterinya merasa iba melihat suaminya. Sang isteri ikut manangis sambil memamah
daun untuk dioleskan ke tubuh suaminya sambil berkata” diamlah taun, jangan
menangis! Seduhlahg dengan anting kita!”. Sebenarnya Si Miskin adalah raja
Keinderaan yang terkena kutukan Batara Indera hingga seperti itu. Suaminya
itupun segera sembuhdan masuk ke dalam hutan mencari ambatmuda yang bisa
dimakan dan dibawa kepada isterinya. Seperti itulah suami isteri itu.
Setelah
beberapa lama, Isteri Si miskin hamil tiga bulan. Isterinya menangis meminta
buah mangga yang ada di taman raja. Suaminya terinagt antingnya ketika menjadi
raja ia tidak mau memiliki anak dan sekarang telah menjadi hal genting dan
berkata kepada isteinya” hai adinda, apakah emngkau hendak membunuhku?, lupakah
engkau masalah kita. Jangankan meminta barang, masuk ke dalam kampung saja
tidak boleh. Setelah isterinya mendengan
hal itu, ia makin menangis. Suaminya berkata” diamlah tuan, jangan menangis!
Aku akan pergi mencarikan adinda buah mempelam dan aku berikan kepada adinda”.
Barulah isterinya diam mendengar hal tersebut. Maka si suami pergi ke pasar
mencari buah mangga. Setelah sampai di kedai tempat orang berjual buah mangga,
Si Miskin berhenti hendak meminta namun takut dipukuli. Orang yang berjualan
berkata” hai miskin, mau apakah engkau?”. Si miskin menyahut” aku hendak
memohon belas kasihanmu, kasihanilah aku yang miskin ini. Bolehkah saya meminta
buahmangga yang busuk itu sebiji saja?”. Orang itu mearasa iba mendengar
perkataan Si Miskin. Ketika itu ada yang memberi buah mangga, ada yang memberi
nasi, ada yang memberi baju dan buah-buahan. Karena itulah, Si Miskin merasa
heran kepada dirinya karena orang-orang pasar banyak memberinya. Karena dahulu
ia tidak boleh masuk ke dalam kampung dan dilempari orang-orang. Setelah ia
berpikir mengenai hal itu, ia masuk ke hutan dan menceritakan kejadian ketika
di pasar. Isterinay menangis mendengae cerita suaminya karena tidak mau memakan
jika buah mangga tersebut bukan berasal dari taman raja. Suaminay merasa sebal
melihat kelakuan isterinya namun ia tek berdaya. Maka ia menghadap indera Dewa
ketika sedang ramai berkumpul bersama raja-raja. Si Miskin datang dan masuk ke
dalam. Baginda bertanya” hai mkiskin, apa kehendakmu?”. Si miskin menjawab
sambil bersujud” ampun tuanku, beribu ampun, hamba orang miskin hendak meminta
daun mangga Syah Alam yang sudah jatuh tuanku”. Baginda berkata” akan kau
gunakan apa daun mangga itu?”. Si miskin menjawab” hendak di makan tuanku”. Baginda
berkata” ambilkanlah setangkai untuk si miskin ini”!. Si miskin diambilkan dan
dibawanya seraya menyembah kepada baginda dan berjalan ke luar.
Setelah
itu, baginda masuk ke dalam istananya. Seluruh raja-raja, menteri dan
hulubalang beserta rakyat pulang ke rumahnya masing-masing. Si miskin sampai ke
tempatnya. Setelah isterinya melihat kedatangannya membawa buah mangga
setangkai, Sang Isteri menyambut sambil tertawa lalu dimakannya buah mangga
itu. Setelaj tiga bulan lamanya, si isteri menangis hendak makan buah nangka
yang ada di dalam istana raja. Si miskin pergi meminta kepada baginda. Ia
bersujud kepada baginda. Baginda bertanya” apa lagi kehendakmu hai miskin?”. Si
miskin menjawab” ya tuanku, ampun beribu ampun” sambil bersujud” hamba yang msikin
ini hendak meminta daun nangka yang gugur itu sehelai “. Baginda berkata”
hendak kau apakan daun nagka? Baiklah aku beri buahnya sebiji”. Lalu diberikan
kepada si miskin. Lalu si miskin bersujud seraya bermohon hendak kembali kepada
isterinya. Setelah sampai di tempatnya
dan dilihatnya isterinya. Disambutnya buah nangka itu lalu dimkannya.
Ketika isterinya hamil menjadi banyak
makanan dan kain baju, beras, padi, dan segala perkakas diberi orang. Karena
itu, setelah genap sembilan bulan, pada malam empat belas bualn temaram
isterinya melahirkan seorang putera yang tampan. Diberi nama Markaromah yang
berarti “anak susah”. Anak itu dirawatnya denagn baik dan penuh kasih sayang.
Karena takdir Allah SWT kepada
hambanya. Si miskin menggal tanah untuk tinggal bertiga bersama anaknya.
Digalilah tanah itu untuk menancapkan tiang. Ia menemukan bongkahan emas yang
banyak. Ketika isterinya melihat emas itu seraya berkata” emas ini cukup baut
anak cucu kita dan tidak akan habis untuk belanja”. Keduanya merasa sukacita.
Diambilnya emas itu dan dibawa ke saudagar di negeri entah berantah. Ia segera
menukarnya. Sudagar itu berkata” duduklah taunku, darimana tuan datang dan apa
maksud kedatangan tuan?”si miskin menjawab sambil tersenyum” hamba hendak
meminta tolong” saudagar menyahut”” katakan saja kehendakmu tuan...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar